
Tarakan Indonesia,com. – Pada 20 Juni 2025, Presiden AS Donald Trump memberikan ultimatum kepada Iran, memberikan waktu “dua minggu” untuk menghindari serangan udara AS. Ultimatum ini muncul di tengah meningkatnya eskalasi konflik antara Iran dan Israel, yang telah menyebabkan ratusan korban jiwa.
Pernyataan Trump ini disampaikan saat Liga Arab dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) mengadakan pertemuan darurat di Istanbul untuk membahas krisis tersebut. Trump mengatakan kepada wartawan, “Saya memberi mereka periode waktu, dan saya akan katakan dua minggu adalah maksimalnya,” saat ditanya apakah dia bisa memutuskan menyerang Iran sebelum tenggat tersebut. Ia menambahkan, “tujuannya adalah ‘melihat apakah orang-orang akan sadar atau tidak.'”
Konflik dimulai pada 13 Juni 2025, dengan serangan udara Israel yang menargetkan situs nuklir dan militer Iran, serta beberapa pemukiman sipil. Serangan ini diklaim Israel sebagai upaya untuk menunda program nuklir Iran setidaknya dua hingga tiga tahun. Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyatakan, “Menurut penilaian yang kami dengar, kami sudah menunda setidaknya dua atau tiga tahun kemungkinan mereka memiliki bom nuklir.”
Iran membalas dengan serangan-serangan balasan, mengakibatkan korban jiwa di kedua belah pihak. Angka korban bervariasi, dengan laporan dari berbagai sumber yang menunjukkan ratusan hingga lebih dari 600 korban jiwa di Iran, termasuk warga sipil. Israel juga melaporkan korban jiwa dan luka-luka.
Trump menolak upaya diplomasi Eropa untuk mengakhiri konflik, menyatakan bahwa Iran lebih memilih bernegosiasi langsung dengan AS. Trump mengklaim, “Iran tidak ingin berbicara dengan Eropa. Mereka ingin berbicara dengan kami. Eropa tidak akan bisa membantu dalam hal ini.” Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan kesediaan Teheran untuk mempertimbangkan diplomasi, tetapi hanya jika agresi Israel dihentikan.
Araghchi mengatakan, “Teheran siap ‘mempertimbangkan diplomasi’ lagi hanya jika ‘agresi Israel dihentikan.'” Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan potensi konflik yang tak terkendali, sementara Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy menyebut situasi ini sebagai “momen berbahaya”.
Sebagai respons terhadap situasi yang semakin tegang, pejabat Angkatan Laut AS menyatakan bahwa sebuah kapal induk akan dikerahkan ke Timur Tengah. Ini menambah jumlah kapal induk AS di atau dekat wilayah tersebut menjadi tiga. Keputusan Trump untuk menyerang Iran masih dalam pertimbangan, dengan tenggat waktu dua minggu yang ditetapkan.
Situasi di Timur Tengah sangat tegang. Ultimatum Trump kepada Iran telah meningkatkan tekanan internasional, dan masa depan konflik Iran-Israel masih belum pasti. Pertemuan Liga Arab dan OKI di Istanbul menjadi fokus perhatian dunia dalam upaya mencari solusi damai.
Editor : Aan
Sumber Berita: Tempo (20/6/25)