
Oleh Ahmad Basri | Jumat,20/6/2025.
Sarjana Ilmu Hubungan Internasional)
Perkembangan teknologi militer Iran dalam satu dekade terakhir benar-benar mengundang perhatian dunia. Dunia dikejutkan dengan kemajuan luar biasa teknologi militer Iran. Iran yang selama ini dijerat sanksi ekonomi dan embargo militer oleh Barat ternyata mampu menghadirkan kejutan besar di medan perang Timur Tengah – Israel.
Ketika konflik bersenjata antara Iran dan Israel meledak secara terbuka, satu hal yang tak terbantahkan adalah kemampuan Iran dalam mendobrak dominasi teknologi militer konvensional terutama yang selama ini digerakkan oleh AS. Seolah – olah Iran masih jauh tertinggal dengan teknologi militer dengan Israel yang notabene buatan AS.
Iran telah membuktikan dalam beberapa waktu terakhir serangan rudal balistik dan drone Iran berhasil menjangkau hingga jantung kota Tel Aviv – Israel. Beberapa di antaranya bahkan disebut sebagai rudal hipersonik sebuah teknologi militer mutakhir yang baru dimiliki hanya segelintir negara seperti Rusia, China, dan kini Iran.
Ternyata lebih mengejutkan lagi sebagian besar rudal milik Iran lolos dari sistem pertahanan udara berlapis milik Israel termasuk Iron Dome dan David’s Sling dimana semuanya produk unggulan AS. Iron Dome – David Sling adalah andalan Israel untuk mempertahankan diri dari serangan musuh dan menjadi kebanggan.
Israel yang dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem pertahanan paling canggih di dunia mendadak tampak rapuh. Iron Dome – David Sling tidak mampu menghadapi serbuan rudal bertubi-tubi hingga menciptakan kepanikan besar bagi Israel. Sirine serangan udara meraung-raung di banyak kota dan puluhan infrastruktur penting dilaporkan mengalami kerusakan parah.
Ketidakmampuan sistem anti-rudal Israel menahan serangan Iran memberi pesan kuat bahwa keunggulan militer Barat khususnya AS sedang berada di bawah ancaman serius. Ironisnya konflik ini diawali oleh serangan mendadak Israel ke wilayah diplomatik Iran di Damaskus, Suriah yang menewaskan sejumlah petinggi militer elite Iran. Serangan itu memicu kemarahan Iran dan membuka babak baru perang terbuka yang selama ini hanya terjadi lewat perang urat syaraf.
Yang menjadi pertanyaan menarik apakah serangan awal Israel dilakukan atas restu AS atau merupakan tindakan Israel tanpa diketahui oleh AS ? Sulit membayangkan Israel mengambil keputusan sepenting itu tanpa koordinasi atau dorongan dari AS. Namun ketika Iran merespons dengan kekuatan penuh justru Israel terlihat sendirian menghadapi gempuran bertubi – tubi rudal Iran.
Sementara Iran justru tampil percaya diri. Sistem pertahanannya relatif utuh dan keunggulan serangan jarak jauh menjadi pembuktian bahwa mereka tak hanya “berani”, tetapi juga “berkemampuan”. Balasan militer Israel sejauh ini belum menunjukkan efektivitas. Beberapa rudal balasan Israel bahkan gagal mencapai target atau dihancurkan sebelum jatuh di wilayah Iran.
Perang Iran Israel setidaknya telah mempermalukan AS secara tidak langsung. Sebab seluruh sistem pertahanan udara Israel adalah produk teknologi militer AS. Kegagalan sistem tersebut dalam menghadapi rudal-rudal Iran membuka mata banyak negara bahwa dominasi persenjataan AS mulai runtuh. Negara-negara lain khususnya yang selama ini bergantung pada teknologi militer AS setidaknya mulai mempertanyakan.
Konflik Iran Israel bisa menjadi titik balik geopolitik militer global khususnya di kawasan Timur Tengah. Iran dengan segala keterbatasannya ternyata mampu membuktikan bahwa pertahanan dan serangan strategis tak hanya ditentukan oleh kekuatan ekonomi tetapi juga inovasi dan ketahanan nasional. Dan untuk AS ini bisa jadi awal dari keruntuhan narasi dominasi militernya di Timur Tengah.
Editor : Syam